Ayo, Deteksi Depresi Pada ABG!

Artikel ini telah direview oleh
Ayo, Deteksi Depresi Pada ABG!
Ayo, Deteksi Depresi Pada ABG! (Foto: gudangkesehatan.com)

Ayo, Deteksi Depresi Pada ABG! – Faktor ketidakstabilan emosi serta upaya membangun identitas diri, membuat kehidupan remaja masih sulit dideteksi. Umumnya, mereka mencoba peran yang berbeda, mengambil lebih banyak risiko sosial, dan maunya melakukan segala hal sendiri. Karena itulah cukup sulit untuk membedakan antara remaja yang masih serba coba-coba dengan yang depresi.

“Sulit bagi orangtua untuk mengidentifikasi remaja yang sedang depresi karena pada usia ini emosi anak-anak lebih gampang naik turun dan mereka cenderung mengasingkan diri,” kata Dr. Gene Beresin, direktur eksekutif sebuah pusat kesehatan mental remaja di Boston, Amerika Serika, kepada Live Science.

Depresi sering dialami remaja, terutama yang berumur 15-19 tahun. Pada awal masa remaja, perbandingan antara laki-laki dan perempuan yang mengalami depresi hampir sama. Tapi setelah masa pubertas, potensi remaja putri mengalami depresi dua kali lipat dari lawan jenisnya.

Kasih sayang dan perhatian orangtua sangat dibutuhkan para remaja bermasalah tersebut. Berikut kiat-kiat untuk mengetahui apakah anak remaja kita sedang depresi.

  1. Amati perubahan pada anak
    Coba amati apakah ada perubahan sikap pada anak, misalnya mereka lebih menutup diri, murung, lebih pendiam, dan tabiat yang mendadak berubah.
  1. Cari informasi dari luar
    Cari informasi dari orang lain mengenai anak remaja kita, misalnya guru, teman-teman, pelatih olahraga, atau orangtua teman. Menurut Beresin, anak-anak mungkin sungkan mengungkapkan masalah mereka pada orangtua jadi orangtualah yang harus mencari tahu dari orang lain.
  1. Bicara dengan anak
    Rutinlah berdiskusi dengan anak-anak mengenai apa yang mereka lakukan dan bagaimana perasaan mereka. Lakukan hal itu misalnya saat sedang berdua di mobil atau makan malam. Biarkan anak-anak bicara dan dengarkanlah.
  1. Sampaikan perhatian
    Bukalah jalan agar anak mau menceritakan masalahnya, misalnya dengan berkata, “Ibu perhatikan kamu kurang tidur” atau “Ibu lihat kamu di kamar terus, tak pernah pergi dengan teman-teman”. Ucapan itu bisa menjadi jalan buat anak untuk mengutarakan isi hatinya.
  1. Minta bantuan ahli
    Jika anak-anak sudah mengaku tengah depresi, bersimpatilah pada perasaan sedih dan kacau mereka. Bila anak-anak tak mau bersikap terbuka, artinya mereka enggan mengungkapkan masalahnya. Cobalah minta bantuan ahli, misalnya psikolog atau psikiater.
  1. Jangan ragu menanyakan niat bunuh diri
    Mungkin anak pernah mengungkapkan niatnya untuk bunuh diri, tapi kita tak menanggapinya dengan serius. Padahal seharusnya orangtua cepat tanggap bila mendengar anak mengoceh ingin mengakhiri hidupnya dan tanyakan alasannya. (RN)
Baca juga:  Kenali 5 Jenis Kanker Payudara Sebelum Terlambat
× Hubungi kami!