Mengenal Sibling Rivalry

Artikel ini telah direview oleh
Mengenal Sibling Rivalry
Mengenal Sibling Rivalry (Foto: dok. mypicjourney.com)

Mengenal Sibling Rivalry – Pada dasarnya, sibling rivalry adalah situasi atau kondisi di mana ada perasaan bersaing dan kadang timbul konflik di antara saudara. Sibling rivalry bisa terjadi terutama pada anak yang memiliki saudara kandung.

Hal tersebut disampaikan psikolog anak dan remaja dari RaQQi – Human Development & Learning Centre, Ratih Zulhaqqi, beberapa waktu lalu. Menurutnya, sibling rivalry masih bisa dikatakan ‘sehat’ selama konflik yang timbul di antara saudara masih bisa diselesaikan dengan baik.

Sibling rivalry, lanjut Ratih biasanya muncul ketika ada pembedaan. Contohnya, orangtua lebih perhatian kepada salah satu saudara. Atau, ada permintaan salah satu anak yang tidak dipenuhi. Nah, untuk menyelesaikan sibling rivalry ini, maka peran orang tua amat diperlukan.

“Anak bisa merasa dibedakan. Misalnya aja si adik merasa kenapa kakaknya boleh makan es krim tapi dia nggak boleh. Nah, di situ orangtua mesti menjelaskan bukannya si adik ini nggak boleh makan es krim, tapi kan kondisinya si adik lagi sakit,”.

Baca juga:  Perkenalkan Terobosan Baru Perawatan Kanker

Ia mengingatkan, sibling rivalry tak hanya terjadi ketika seorang anak akan memiliki adik. Bisa saja sibling rivalry terjadi ketika adik-kakak sudah sama-sama besar. Bahkan, ketika anak merasa ada perbedaan perlakuan antara dia dan saudara sepupunya, bisa dikatakan di situ timbul sibling rivalry.

Sehingga, dikatakan Ratih sibling rivalry tak hanya soal hubungan adik dengan kakak saja. Meski begitu, dikatakan Ratih sibling rivalry memiliki manfaat. Dengan adanya kondisi itu, maka persaudaraan jadi lebih hidup.

“Sebetulnya dengan adanya sibling rivalry, si kakak atau adik ada usaha untuk bisa menghadapi situasi yang nggak nyaman dan bagaimana mereka bisa bertahan di situasi yang bikin mereka nggak nyaman itu kan,” kata dia.

Sibling rivalry yang bisa terjadi ketika anak-anak masih kecil yakni berebutan mainan misalnya. Jika seperti itu, maka orangtua cukup melerai si kakak dan adik saja. Namun, Ratih mengingatkan jika sampai ada konflik yang tak kunjung selesai, orangtua sudah seharusnya menjadi penengah.

“Orangtua bisa mengatakan pada si adik ada apa sih antara dia dan kakaknya, kok dia sampai sebal banget sama kakaknya. Jadi digali lebih dalam lagi. Kalau ternyata adiknya cemburu, ya sudah semestinya orangtua untuk lebih perhatian dan bisa lebih adil lagi,” pungkas Ratih. (RN)

Baca juga:  Penderita Hipertensi Butuh Peran Keluarga
× Hubungi kami!