Berpikir Positif Entaskan Banyak Masalah

Artikel ini telah direview oleh

Hindari kebiasaan berpikir negatif dan berusahalah selalu berpikir positif agar tubuh semakin sehat dan bugar.

Di masa kini semakin banyak manusia mengalami stres. Ada berbagai hal yang mendorong seseorang menjadi mudah terserang stres. Di antaranya kenaikan BBM, harga-harga kebutuhan pokok yang melonjak, jalan macet, polusi, dan sebagainya.

Menurut Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) Dr. Danardi Sostosumihardjo SpKJ (K), tiap manusia memiliki karakter dan berbagai mekanisme defens (mekanisme untuk mengatasi stres). Hal ini akan membentuk pola yang bersangkutan dalam menghadapi stres.

“Jika karakter yang dimiliki positif dan mekanisme defens yang digunakan tepat, maka individu itu bisa menghadapi stres dengan baik. Sebaliknya, maka bisa menimbulkan rasa kecemasan atau ketegangan akibat stres,” kata Danardi.

Seseorang dikategorikan sehat jiwanya apabila manusia tersebut merasa sehat, bahagia, bisa menerima diri sendiri seperti apa adanya. “Mereka bisa menerima orang lain dan situasi kondisi sekitarnya apa adanya,” lanjut dia.

Danardi menyarankan bahwa setiap orang harus bersikap optimis dan senantiasa berupaya menghadapi hari esok yang lebih baik. “Bila manusia sudah sering mengeluh, merasa tertekan, sering protes, dan mengalami penurunan fungsi kognitif atau emosi, maka manusia tersebut disebut sakit secara kejiwaan,” terang Danardi.

Baca juga:  4 Tips Merawat Orang Tua Pikun agar Tak Kewalahan

Stres bisa dilawan dengan selalu berpikiran positif. Menurut ilmu kejiwaan untuk mengatasi stres dilakukan dengan manajemen stres atau mengenali mekanisme defens. Dengan mengenali mekanisme defens, maka kita dapat mengetahui tingkat stres.

Tingkatan
Ada empat tingkatan stres, berat, sedang, ringan, dan problema. Jika seseorang masuk dalam tingkatan berat dan sedang, maka orang tersebut harus menjalani pengobatan.

Mekanisme defens itu adalah cara untuk mengetahui perilaku sehari-hari manusia dalam menghadapi suatu masalah. Dengan mengetahui perilaku tersebut, maka dapat dilakukan treatment dengan mekanisme equilibrium, mekanisme adaptasi (penyesuaian), membuat keseimbangan kembali, membuat keseimbangan baru, dan menangkal ketegangan atau kegelisahan atau kecemasan.

Mekanisme defens (MD) ada empat kategori. MD pertama adalah mengingkari dan menyangkal, membayangkan secara tidak riil (distorsi). Dilupakan diganti dengan yang lain (dissosiasi), menyalahkan orang lain atau pihak lain (proyeksi), dan mengalihkan ke obyek lain (displacement).

MD kedua adalah menyalahkan diri sendiri (introjeksi) seperti mogok dan ngambek (undoing), bertindak sebaliknya (reaksi formasi), memisahkan tindakan dengan emosinya (isolasi) dan berperilaku seperti masa lalu atau kecil (regresi).

Baca juga:  Cermati Batas Konsumsi Gula Harian untuk Anak

Kategori MD ketiga adalah berusaha merasionalisasi, mengalihkan masalah ke fisiknya (somatisasi) dan menekan atau memasukannya ke alam nir-sadar (represi). Sedang untuk MD keempat adalah bertindak dengan kasih sayang, beribadah (altruism), merancang, menyusun alternatif (antisipasi), menyikapi masalah dengan anekdot (humor), mengganti dengan obyek lain (sublimasi atau substitusi), dan menahan diri atau menyembunyikan (suppresi).

Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi stres di antaranya, berjalan kaki, mendengarkan musik hingga bertemu dengan teman lama. Pun ada banyak cara lain untuk menyiasati terjadinya stres. Intinya, selalu berpikir positif akan membuat kita tidak mudah terserang stres. (RN)

× Hubungi kami!