
Fatty liver atau perlemakan hati merupakan penyakit yang dapat disembuhkan. Namun berpotensi mengancam nyawa jika terlambat didiagnosis, saat sudah tidak dapat diperbaiki lagi.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam R. Desy Nurhayati memaparkan bahaya dan gejala yang diakibatkan oleh penyakit sirosis hati yang mengganggu sistem metabolisme tubuh manusia. “Pertama, sirosis hati kalau sudah parah akan berkomplikasi dengan penyakit lain yang mengakibatkan gagal fungsi hati,” katanya.
Desy mengatakan komplikasi penyakit sirosis hati terjadi pada jaringan parut hati yang meningkatkan tekanan darah di sejumlah pembuluh darah pada tubuh. Beberapa diantaranya adalah pada tenggorokan dan usus yang menimbulkan varises yang dapat pecah jika tidak ditangani secara serius.
“Peristiwa tersebut mengakibatkan muntah serta buang air besar yang mengeluarkan darah,” sambung dokter yang praktik di Rumah Sakit Paru dr. H. A. Rotinsulu, Bandung itu.
Selain itu, Desy mengatakan sirosis hati yang sudah berkomplikasi dengan penyakit lain juga mengakibatkan Asites (penumpukan cairan di perut) yang diakibatkan oleh rendahnya kadar protein dalam darah. Asites yang dibiarkan dalam waktu yang lama akan mengakibatkan infeksi pada organ dalam tubuh manusia, tambahnya.
“Sirosis hati juga dapat mengganggu fungsi ginjal karena suplai darah terganggu akibat gagalnya fungsi hati,” katanya. Desy mengimbau kepada masyarakat untuk mengenali faktor risiko penyakit sirosis dan menjaga gaya hidup sehat dengan berolahraga secara rutin, tidak meminum alkohol, tidak menggunakan jarum suntik, serta melakukan skrining dan imunisasi hepatitis untuk mencegah timbulnya penyakit sirosis hati.
Kanker hati
Sementara itu, Staf Teknis Komunikasi Transformasi Kesehatan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI R.A. Adaninggar Primadia Nariswari mengimbau masyarakat agar mewaspadai perlemakan hati, karena dapat menyebabkan sirosis dan kanker hati (lever).
“Perlemakan hati merupakan fase awal sirosis dan kanker hati yang diakibatkan oleh lemak yang menumpuk di lever,” katanya.
Dia mengatakan hati berfungsi sebagai salah satu organ tubuh yang dapat menyimpan cadangan lemak. Jika lemak tersebut menumpuk, akan menciptakan peradangan pada hati. Dia menyebutkan peradangan tersebut dapat menyebabkan hati menjadi terluka, yang dalam jumlah banyak akan menyebabkan jaringan pada hati mengerut dan mengecil.
“Itu yang dinamakan sirosis hati. Kalau dibiarkan, sel luka ini bisa memicu mutasi DNA sel menjadi kanker,” ujarnya.
Adaninggar mengatakan sirosis dan kanker hati dapat menyebabkan kualitas hidup seseorang menurun, lantaran hati merupakan organ penting dalam tubuh. Dia menjelaskan hati berfungsi sebagai organ detoksifikasi dari zat yang tidak baik, yang bersumber dari makanan, obat, dan lain sebagainya. Jika seseorang mengalami sirosis atau kanker hati, fungsi hati untuk mendetoksifikasi menjadi tidak optimal.
“Salah satunya adalah tidak bisa menjaga protein albumin, sehingga orang mudah bengkak akibat efek obat,” tuturnya. Umumnya, perlemakan hati dialami oleh peminum alkohol, namun seiring berkembangnya zaman, orang dengan obesitas juga memiliki risiko mengalami perlemakan hati.
Perlemakan hati, sambungnya, pada awalnya tidak bergejala. Oleh karena itu, dia mengimbau kepada masyarakat agar waspada terhadap perlemakan hati dengan mengonsumsi makanan bergizi dan berolahraga secara rutin. Selain itu, Adaninggar juga mengimbau kepada masyarakat yang memiliki faktor risiko perlemakan hati untuk melakukan pemeriksaan kesehatan, terutama dengan alat ultrasonografi (USG) untuk mengetahui tanda perlemakan hati dalam tubuh.
Tak bergejala
Perlemakan hati yang bisa berujung kanker hati awalnya tak bergejala atau keluhan apapun sehingga penderita cenderung tak sadar mengalaminya. Hal tersebut dikatakan dokter spesialis penyakit yang tergabung dalam Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI), Dr. Irsan Hasan yang menyarankan pemeriksaan melalui USG.
“Perlemakan hati umumnya tidak bergejala. Pemeriksaan bisa dengan USG hati, yang sama seperti USG memeriksa jenis kelamin bayi pada ibu hamil,” urainya. Pada hati yang berlemak terlihat berwarna putih pucat daripada ginjal sementara warna yang sehat merah.
Kondisi ini berkaitan dengan akumulasi lemak berlebihan dalam hati. Jika lemak hati sudah lebih dari lima persen maka seseorang dikatakan terkena perlemakan hati. Penderita biasanya baru tahu ada lemak di hati saat menjalani pemeriksaan medis lalu mendapatkan gambaran fatty liver.
Setelah lemak terdeteksi, nantinya dokter menyarankan pemeriksaan lanjutan, dan terapi terutama perbaikan gaya hidup karena lemak ini berkaitan dengan gaya hidup seperti pola makan. “Penyakit berkaitan dengan gaya hidup yakni konsumsi kalori tinggi, tinggi karbohidrat, lemak, fruktosa, sukrosa dan lainnya. Pola makan berkurang sayur, asupan kalori tinggi, kurang bergerak, banyak duduk sehingga (kasus) obesitas semakin banyak,” tutur Irsan.
Mereka yang mengalami penyakit ini biasanya berusia 40 tahun. Tak hanya orang dewasa, perlemakan hati juga bisa terjadi pada anak usia 5 tahun dan 8 tahun. Agar lemak di hati tak menyebabkan komplikasi seperti peradangan hati, kegagalan hati dan kanker hati, penderita biasanya disarankan memperbaiki pola makannya, menurunkan berat badan melalui olahraga jika ternyata mengalami obesitas atau berat badan berlebih dan pemberian obat antioksidan.
Bagaimana dengan obat hepatoprotektor? Irsan mengatakan, obat ini bukan terapi utama, bukan peluruh lemak agar perut menjadi six pack. “Obat ini sifatnya antiradang, antioksidan untuk memperbaiki membran sel hati,” jelasnya.
Cara sederhana
Ahli gastroenterologi dari California Dr. Saurabh Sethi mengungkapkan lima gejala utama atau tanda penyakit perlemakan hati atau fatty liver yang harus diwaspadai setiap orang. Salah satu alasan utama keterlambatan diagnosis adalah karena gejala kerusakan hati mungkin tidak kentara dan mudah terlewatkan pada tahap awal. Oleh karena itu penting untuk mengetahui tanda gejala perlemakan hati.
“Sebagai dokter spesialis hati, saya akan memandu Anda melalui cara-cara sederhana untuk mengidentifikasi gejala-gejala yang mungkin timbul. Deteksi dini adalah kunci untuk pencegahan dan kesehatan hati yang lebih baik,” kata Dr. Sethi.
- 
Penambahan berat badan di area perut
 
Salah satu tanda pertama yang disarankan oleh Dr. Sethi untuk dipantau adalah penambahan berat badan di sekitar bagian tengah tubuh atau area perut yang dikaitkan dengan resistensi insulin yang terkait dengan penyakit hati berlemak. Secara sederhana, perlemakan hati adalah penumpukan lemak di dalam hati, yang dapat menyebabkan komplikasi serius jika tidak ditangani. Lemak perut bukan sekadar masalah kosmetik—lemak perut dapat menjadi tanda bahaya bagi berbagai gangguan metabolisme, termasuk diabetes, penyakit jantung, dan stroke.
Salah satu tanda pertama yang disarankan Dr. Sethi untuk dipantau adalah pertambahan berat badan di sekitar bagian tengah tubuh yang menurutnya disebabkan oleh resistensi insulin yang terkait dengan penyakit perlemakan hati. Lemak perut bukan hanya masalah kosmetik, ini bisa menjadi tanda bahaya untuk berbagai gangguan metabolisme, termasuk diabetes, penyakit jantung, dan stroke.
- 
Kelelahan
 
Rasa lelah yang terus-menerus dapat disebabkan oleh banyak faktor, seperti kurang tidur, stres, atau kondisi kesehatan lain yang mendasarinya. Namun, Dr. Sethi menunjukkan bahwa kelelahan yang tidak dapat dijelaskan bisa jadi merupakan tanda bahwa hati Anda sedang bermasalah. Bila hati tidak berfungsi dengan baik, hal itu dapat menyebabkan penumpukan racun dalam tubuh, yang dapat memengaruhi proses normal otak yang mengatur kadar energi. Gangguan pada sinyal otak ini dapat menyebabkan rasa lelah.
- 
Nyeri atau tidak nyaman di bawah tulang rusuk
 
Meskipun nyeri atau rasa tidak nyaman di bawah tulang rusuk mungkin merupakan tanda kondisi yang kurang serius seperti nyeri ulu hati, atau ketegangan otot, hal ini juga dapat mengindikasikan adanya peradangan di hati.
- 
Perubahan kulit
 
Kulit sering kali mencerminkan kesehatan secara keseluruhan. Dr. Sethi menyarankan untuk mencari tanda-tanda seperti jerawat, lipatan kulit gelap, atau rambut rontok, karena hal tersebut dapat mengindikasikan resistensi insulin yang terjadi akibat perlemakan hati.
- 
Mual dan kehilangan nafsu makan
 
Dr Sethi memperingatkan kurangnya nafsu makan dan mual terutama setelah makan dapat menandakan bahwa hati sedang kewalahan, Dr Sethi memperingatkan. Hal ini dapat terjadi karena peradangan pada hati mempengaruhi fungsinya termasuk pencernaan.
Minuman manis
Para ahli kesehatan menyarankan untuk mengkonsumsi minuman manis kurang dari tiga kaleng per minggu, karena konsumsi berlebihan salah satu jenis minuman itu bisa memicu kanker. Hal ini diungkapkan dalam studi terbaru para peneliti dari LSU Health New Orleans.
Mereka menemukan efek konsumsi gula dari minuman manis berhubungan dengan kanker dan usia seseorang. Untuk sampai pada temuan itu, para peneliti mengumpulkan data yang berfokus pada konsumsi soda, minuman rasa buah-buahan, jus buah kemasan, minuman olahraga, minuman berenergi, teh manis, kopi dan lainnya, dari 22.182 orang dewasa.
Mereka juga melihat riwayat kanker para partisipan, kebiasaan merokok, status obesitas dan karakteristik demografis seperti usia, gender, ras, level pendidikan dan rasio pendapatan. “Objek studi adalah faktor risiko konsumsi gula (dari minuman-minuman manis) di antara survivor kanker dan mereka yang tak didiagnosa menderita kanker,” ujar profesor kesehatan masyarakat dari LSU Health New Orleans, Melinda Sothern.
Dia mengatakan, belum lama ini sebuah bukti menunjukkan adanya hubungan antara konsumsi minuman manis dan risiko munculnya kanker pankreas dan leher rahim begitu juga dengan risiko kanker usus dan kematian di antara para survivor kanker.
Dalam kesempatan berbeda, asisten profesor sekaligus pimpinan studi, Tung-Sung Tseng mencatat bahwa orang-orang yang tak peduli dengan asupan gula, cenderung mengkonsumsi berbagai tipe minuman manis. Padahal, asosiasi jantung di Amerika hanya merekomendasikan seseorang orang mengkonsumsi soda, misalnya, kurang dari tiga kaleng (berukuran 12 ons) per minggunya. (RN)