
Gangguan ADHD Dengan Terapi Pijat Taktil
Attention Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) atau gangguan pemusatan perhatian atau hiperaktivitas pada orang dewasa seringkali dapat dimulai pada masa kanak-kanak dan tidak terdiagnosis. Di Amerika Serikat, sekitar 4 persen orang dewasa atau 8 juta orang didiagnosis ADHD setiap tahun.
“Ada kepercayaan umum bahwa ADHD hanya berdampak pada anak-anak, tetapi penelitian lanjutan telah membuktikan sebaliknya. Sebagian besar orang dewasa mengalami ADHD yang tidak terdiagnosis dalam beberapa tahun terakhir,” ujar praktisi perawat kesehatan mental di perusahaan kesehatan digital Done Sussan Nwogwugwu.
Meskipun ADHD awalnya muncul dengan gejala yang tidak terlihat, ia bisa berubah menjadi kelumpuhan seiring waktu. Kelumpuhan ADHD didefinisikan sebagai suatu kondisi ketika energi yang begitu besar menyebabkan otak “mati” atau sulit berfungsi dengan baik, diiringi rasa takut yang begitu besar pada orang yang mengalaminya. Pada permulaan kelumpuhan ADHD, orang cenderung menunjukkan tanda-tanda seperti menghindari, menunda, dan mengabaikan. Pakar kesehatan mental telah lama menggarisbawahi pentingnya mengenali gejala ADHD, berikut beberapa gejala ADHD yang sebaiknya diwaspadai.
Kehilangan barang
Seseorang dengan ADHD cenderung mengalami kehilangan barang secara teratur dan sering lupa akan informasi-informasi penting. “Seseorang dengan ADHD mungkin mengalami kesulitan yang konsisten dalam mengingat detail penting, seperti di mana kunci mereka berada, sementara orang neurotipikal hanya sering lupa di mana mereka menaruh kunci,” kata konsultan ADHD di Ontario, Kanada, Krista Carvin.
Fokus berlebihan
Hyper-focus atau fokus berlebihan adalah sifat yang lebih umum pada orang dengan ADHD. Ketika seseorang tampak sepenuhnya mengabaikan tugas yang lain hanya demi satu pekerjaan yang sedang dia lakukan, itu adalah tanda bahaya yang jelas. “Gejala umum dari hiperaktif adalah mudah teralihkan pada satu kasus atau terlalu fokus kasus lainnya. Karena hal itu, seseorang bisa sangat terlibat pada satu hal sementara mengabaikan hal lain, meskipun sama pentingnya,” kata Catherine Del Toro dari kelompok pendukung kesehatan mental berbasis di AS Grow Therapy.
Meninggalkan tugas setengah jalan
Sering lupa dalam tahap parah adalah ciri khas pengidap ADHD. Seseorang dengan ADHD tingkat lanjut mungkin mulai kehilangan minat pada tugas-tugas rutin, atau meninggalkan tugas setengah jadi dan beralih ke tugas berikutnya tanpa terlalu memikirkannya. “Seseorang ADHD mungkin mulai mencuci piring, kemudian ketika melihat ada yang tumpah di lantai, dia akan beralih membersihkan lantai. Kemudian, saat menyapu, ia melihat ada bekas jari di kaca, ia malah beralih membersihkan kaca,” ujar Del Toro.
Fluktuasi energi
Seseorang dengan ADHD mungkin merasa sangat bersemangat untuk melakukan suatu tugas pada suatu hari, namun, sekali tidak tertarik dan menarik diri dari tugas tersebut pada hari berikutnya. Carvin mencontohkan pada suatu hari, seseorang merasa baik-baik saja belanja ke toko sayur. Tapi, esok hari, ketika terlalu banyak mendapatkan stimulasi, aroma atau visual toko sayur begitu mengganggu sehingga merasa tidak sanggup berbelanja.
Gangguan pada kehidupan asmara
Mereka dengan ADHD akan sulit untuk membantu pasangannya pada suatu tugas atau bahkan sulit menghujani mereka dengan perhatian. Hal ini tentu akan menyebabkan konflik dan perasaan terluka. Carvin menjelaskan seseorang dengan ADHD bersifat sensitif terhadap penolakan. “Jika dihadapkan pada umpan balik yang begitu keras dari pasangan, mereka mungkin akan merespons dalam cara yang tidak seimbang dengan situasi yang dihadapi,” kata Carvin. Dirinya mengimbau bahwa penting bagi seseorang untuk memeriksakan diri kepada ahli untuk mengetahui kondisi yang dialami supaya bisa mendapatkan perawatan yang sesuai.
Terapi pijat taktil
Pijat dikenal menenangkan dan memiliki banyak manfaat, dan ternyata pijat juga dapat membantu mengelola gejala ADHD dengan lebih baik. Dikutip dari The Hindustan Times, sebuah studi yang dipublikasikan di Complementary Therapies in Clinical Practice mengungkapkan bahwa pijat taktil dapat membantu meredakan gejala ADHD pada remaja. Beberapa gejala tersebut meliputi terus-menerus gelisah, kesulitan duduk diam, sulit berkonsentrasi, serta perilaku hiperaktif dan kurang perhatian lainnya.
Namun, peserta dalam penelitian ini melaporkan peningkatan yang signifikan dalam fokus dan perhatian, disertai kualitas tidur yang lebih baik, setelah menjalani teknik pijat ini. Para peneliti menjelaskan manfaat pijat taktil dalam meredakan gejala ADHD, seperti pijat taktil melibatkan usapan lembut, lambat, dan berirama pada lengan, kaki, dan punggung, yang bertujuan untuk mempromosikan relaksasi.
Teknik itu juga menunjukkan potensi dalam mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan emosional. “Remaja dengan ADHD sering menghadapi tantangan seperti hiperaktivitas, kurang perhatian, stres, dan kesulitan tidur, yang tidak sepenuhnya teratasi dengan pengobatan standar. Sebagai perawat spesialis di bidang psikiatri anak dan remaja, saya telah menyaksikan tantangan ini secara langsung dan ingin mengeksplorasi apakah pijat taktil bisa menjadi opsi yang aman dan non-invasif untuk memberikan manfaat tambahan dalam mengelola gejala ini dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan,” kata Penulis studi, Anna-Carin Robertz.
Penelitian ini melibatkan 14 remaja berusia 15 hingga 17 tahun dengan ADHD. Para peserta berada dalam kondisi stabil dengan pengobatan, sementara beberapa lainnya tidak menggunakan obat. Mereka juga tidak memiliki gangguan kesehatan mental berat, penyalahgunaan zat, atau menjalani perawatan psikologis aktif. Hal itu memastikan fokus penelitian hanya pada gejala ADHD.
Eksperimen dilakukan melalui sepuluh sesi pijat taktil mingguan yang dilakukan oleh terapis pijat taktil. Teknik ini melibatkan usapan lambat dan berirama yang ditargetkan pada punggung, lengan, tangan, dan kaki. Lingkungan tempat pijat berlangsung juga dibuat mendukung dengan pencahayaan redup, musik yang menenangkan, dan minyak tanpa aroma.
Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan yang signifikan pada perilaku hiperaktif dan impulsif, serta masalah sekunder seperti kualitas tidur yang buruk. Studi ini membuka peluang baru dalam pengobatan ADHD dan pengelolaan gejalanya dengan pendekatan yang lebih holistik. Hasil penelitian menunjukkan beragam manfaat pijat untuk kesehatan, mulai dari mengurangi nyeri otot setelah olahraga hingga stres. Puluhan penelitian dalam beberapa dekade terakhir mengaitkan pijat dengan manfaat fisik dan psikologis nyata. Sebuah penelitian di Australia menemukan pijatan pada otot selama 10 menit usai olahraga bisa mengurangi rasa sakit hingga 30 persen.
Satu studi terpisah mengenai pijat mengungkap penurunan kadar hormon stres kortisol hingga 31 persen, sementara kadar hormon baik seperti dopamine dan serotonin jadi meningkat sekitar 30 persen. Riset mengenai beragam bentuk pijat mandiri juga membuktikan bahwa memijat otot sendiri bisa mengurangi sakit otot dan meredakan gejala sakit, bahkan di antara orang dengan osteoartritis. Faktanya, peredaan rasa sakit – bersamaan dengan penurunan depresi – adalah salah satu manfaat yang paling sering dikaitkan dengan pijat dalam penelitian, kata Direktur Touch Research Institute di University of Miami, Tiffany Field.
Field mengatakan beberapa penelitiannya menunjukkan pijat dapat memperbaiki fungsi sistem kekebalan pada orang dengan kanker payudara dan leukemia, sekaligus mengurangi rasa sakit fisik dan emosional mereka. Ia menambahkan beberapa studi fMRI menunjukkan pijatan meningkatkan aliran darah di area otak yang berhubungan dengan suasana hati dan regulasi stres. “Reseptor tekanan di bawah kulit, ketika dirangsang meningkatkan aktivitas vagal,” katanya merujuk pada syaraf vagus, komponen utama dalam sistem syaraf manusia yang berperan dalam fungsi otonomik seperti detak jantung, pernafasan dan pencernaan.
Peningkatan aktivitas dalam syaraf vagus bisa memberikan efek ketenangan, yang menjelaskan penurunan kortisol dan gejala terkait stres lainnya. Ketika siku atau lututmu terbentur dan sakit, insting pertamamu adalah mengusap tempat yang sakit, kata Field. “Ini berperan dalam apa yang disebut ‘gate theory of pain’, yang berteori bahwa otakmu tidak bisa sepenuhnya mencatat stimuli sakit ketika reseptor sentuhan yang lain diaktifkan. Ini jalan lain bagaimana sakit bisa diredakan dengan pijat,” ia menjelaskan.
Dalam hal perbaikan fungsi imun, ia menjelaskan, perubahan hormon dan sistem syaraf yang terjadi setelah pemijatan bisa melindungi sel-sel pembunuh alami dalam sistem imun, satu jenis sel darah putih yang memerangi virus dan membantu mencegah pertumbuhan tumor. Namun semua itu masih kontroversial. Beberapa studi hanya menemukan bukti lemah yang menunjukkan pijat bisa mengurangi rasa sakit. Selain itu, ada rintangan besar yang dihadapi Field dan para peneliti lain untuk merancang studi pijat yang meniadakan efek plasebo. “Masih sulit untuk menentukan seberapa banyak idealnya,” kata Field.
Kesibukan
Memiliki kesibukan membantu mengurangi tingkat keparahan attention deficit and hiperactivity disorder (ADHD), gangguan mental yang menyebabkan pengidapnya menjadi hiperaktif dan sulit berkonstrasi. Ditulis laman Channel News Asia, studi terbaru menunjukkan bahwa memiliki rutinitas dan kesibukan memberikan manfaat bagi pengidap ADHD. Bahkan ketika gejala sudah lebih ringan, dia mampu menangani lebih banyak tuntutan.
“Sering kali, orang dengan ADHD tampaknya paling berhasil saat ada tenggat waktu yang mendesak atau saat taruhannya tinggi,” kata profesor psikiatri dan ilmu perilaku di Fakultas Kedokteran Universitas Washington di Seattle, Amerika Serikat, Margaret Sibley, yang memimpin penelitian tersebut.
Studi tersebut, yang dipublikasikan secara daring pada bulan Oktober di Journal of Clinical Psychiatry, melacak 483 pasien di Amerika Serikat dan Kanada yang masing-masing memiliki kombinasi gejala ADHD yang tidak perhatian dan hiperaktif-impulsif. Para peneliti mengikuti para peserta selama 16 tahun, dimulai pada usia rata-rata delapan tahun. Mereka menemukan bahwa sekitar tiga perempat pasien mengalami fluktuasi gejala, umumnya dimulai sekitar usia 12 tahun, yang mencakup remisi gejala secara penuh atau sebagian.
Sibley mengatakan periode remisi tersebut lebih mungkin terjadi selama masa-masa sulit dalam hidup, misalnya, mereka yang bekerja atau bersekolah penuh waktu, membesarkan anak-anak, hidup mandiri, atau memiliki kewajiban finansial kepada orang lain selain diri mereka sendiri memiliki peluang lebih besar untuk memperbaiki gejala mereka.
Tidak semua pengidap ADHD bisa terbantu oleh kesibukan, menurut Dr. Craig Surman, direktur program klinis dan penelitian ADHD dewasa di Rumah Sakit Umum Massachusetts, yang tidak terlibat dalam penelitian ini. Respons gejala mereka bergantung pada apakah kemampuan dan kekuatan seseorang sesuai dengan apa yang diharapkan dari mereka sebagai pelajar, karyawan, atau pengasuh.
Keterbatasan studi yang diadakan Sibley adalah para peneliti mencatat ‘tuntutan lingkungan’ setiap orang dalam interval dua tahun, alih-alih memeriksanya lebih sering.
Psikolog klinis anak dan remaja Douglas Tynan mencatat bahwa mereka yang menderita ADHD dapat mengalami kesulitan dengan tugas-tugas yang membosankan, seperti pekerjaan rumah tangga. Bagi orang-orang seperti itu, menggunakan strategi terorganisasi seperti membuat daftar tugas, juga diperlukan, tidak hanya saat beralih dari satu aktivitas ke aktivitas lain, tapi, juga saat kembali ke aktivitas yang sedang berlangsung. (RN)