Berkompetisi Ajar Anak Tidak Mudah Menyerah

Artikel ini telah direview oleh
Berkompetisi Ajar Anak Tidak Mudah Menyerah
Berkompetisi Ajar Anak Tidak Mudah Menyerah (Foto: dok. rosediana.net)

Berkompetisi Ajar Anak Tidak Mudah Menyerah – Mengajak anak memberanikan diri untuk mengikuti berbagai perlombaan memang baik untuk melatih mentalnya dalam berkompetisi. Hal ini wajar karena ketika dewasa nanti anak akan hidup dalam dunia yang kompetitif.

Sebagai orangtua juga harus mengajarkan anak untuk bisa berkompetisi dengan sehat, baik secara perseorangan maupun tim. Jika dilakukan secara sehat, kompetisi yang dilakukan bersama tim akan memberi manfaat lebih baik daripada jika anak melakukan perlombaan secara perseorangan.

Memang, orangtua perlu mewaspadai jika kompetisi itu menimbulkan tekanan pada anak. “Rasa dibanding-bandingkan, dorongan untuk tidak mengecewakan rekan satu timnya, itu masih dimanifestasikan sebagai tekanan. Anak memang tidak bisa lepas dari tekanan, tapi sisi baiknya, tekanan itu ada pasang-surutnya kok,” kata Po Bronson, penulis buku Top Dog: The Science of Winning and Losing.

Tekanan yang memiliki titik akhir adalah elemen penting dalam kompetisi yang sehat. Dalam pertandingan yang terbatas, kita bersaing dan kemudian membiarkannya berlalu. Kemudian kita beristirahat dan memulihkan diri. “Itulah yang sangat penting bagi anak. Yang tidak sehat itu kalau tekanannya terus-menerus,” tambahnya.

Baca juga:  Menghadapi Tekanan Merawat Pasien Alzheimer (bagian 8)

Nah, agar anak bisa berkompetisi dengan sehat, ini yang perlu orangtua lakukan:

  1. Jangan membanding-bandingkan!
    Orangtua harus menghindari untuk membanding-bandingkan anak dengan orang lain, meskipun itu kakak atau adiknya sendiri. Hindari pula menggunakan kata-kata yang sensitif, seperti: “Tuh, lihat dia berani maju ke depan, kamu juga harus bisa tampil bagus seperti dia.” Ungkapan seperti itu justru akan membuatnya merasa minder. Bukan tak mungkin pula, anak menjadi tidak menyukai orang yang orangtua bandingkan dengannya tersebut.
  2. Kemenangan bukan fokus utama
    Juara dan menang adalah bonus dari proses yang dilakukan. Jadi, sebaiknya jangan mengharuskan anak untuk menang ketika berkompetisi. Menjadikan kemenangan sebagai fokus utama akan membuat anak merasa terbebani. Sebaiknya, tanamkan pada diri anak untuk bisa menampilkan yang terbaik dari dalam dirinya dan sesuai dengan kemampuannya. Kemenangan adalah bagaimana anak bisa melawan rasa takut pada dirinya sendiri.
  3. Latih anak untuk bisa menerima kekalahan
    Ini juga bagian penting saat mengajarkan anak berkompetisi secara sehat. Orangtua perlu mengatakan ke si kecil bahwa kompetisi atau perlombaan adalah ajang untuk melatih kepercayaan diri dan bukan untuk menjadi juara. Saat anak menampilkan kemampuannya, orangtua juga tidak boleh lupa untuk selalu memberikan pujian untuk anak atas segala usaha dan persiapan yang sudah ia lakukan dengan sangat baik.
  4. Bangun motivasi dengan cara yang positif!
    Kebiasaan ini pasti secara tidak sadar sering orangtua lakukan: membandingkan dan mengkritik peserta lain. Nah, daripada melakukan hal semacam itu lebih baik orangtua terus memberikan semangat pada anak dengan mengatakan, “Ayo Nak, kamu pasti bisa!” Cara ini akan mengajarkan anak untuk lebih fokus ke dirinya sendiri, bukan pada orang lain. Selain itu, anak akan lebih merasa bersemangat serta lebih dihargai oleh orangtua dan orang-orang terdekatnya.
  5. Ajarkan untuk menyiapkan diri dengan baik
    Persiapan yang baik adalah modal utama yang harus dilakukan ketika berkompetisi. Misalnya, saat mengikuti lomba menggambar dan mewarnai, ajak anak untuk menyiapkan alat gambar yang dibutuhkan, serta ajarkan untuk merawat perlengkapan yang dimilikinya. Latihan menggambar secara intens juga perlu orangtua lakukan pada anak untuk membuatnya lebih siap saat mengikuti lomba nanti. (RN)
Baca juga:  Anak Bertanggungjawab Dengan 5 Aktifitas Keseharian
× Hubungi kami!