Daya Tahan Anak Menurun Bila Kelebihan Gula Dalam Darah

Artikel ini telah direview oleh
Daya Tahan Anak Menurun Bila Kelebihan Gula Dalam Darah
Foto: generos.id

Kelebihan Gula Dalam Darah

Secara umum, konsumsi gula berlebih, baik dari makanan atau minuman berisiko tinggi menyebabkan masalah kesehatan seperti gula darah tinggi, obesitas, dan diabetes melitus, tak terkecuali pada anak-anak.

Dalam kurun waktu lima tahun saja, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak menular di indonesia. Berdasarkan data tahun 2013 menunjukkan prevalensi diabetes sebesar 1,5 permil meningkat pada tahun 2018 menjadi 2 permil. Demikian juga gagal ginjal kronis dari 2 permil menjadi 3,8 permil, sementara stroke meningkat dari 7 permil menjadi 10,9 permil.

Data Kemenkes menunjukkan bahwa 28,7% masyarakat indonesia mengkonsumsi Gula Garam Lemak (GGL) melebih batas yang dianjurkan. Dimana batasan konsumsi GGL sudah diatur dalam Permenkes No 30/2013 yang diperbaharui dengan Permenkes 63/2015.

Sementara sebanyak 61,27% penduduk usia 3 tahun ke atas di Indonesia mengonsumsi minuman manis lebih dari 1 kali per hari, dan 30,22% orang mengonsumsi minuman manis sebanyak 1-6 kali per minggu. Sementara hanya 8,51% orang mengonsumsi minuman manis kurang dari 3 kali per bulan (Riskesdas, 2018).

Patut menjadi perhatian adalah peningkatan prevalensi berat badan berlebih dan obesitas pada anak muda yang meningkat 2 kali lipat dalam 10 tahun terakhir. Data tahun 2015 menunjukkan prevalensi berat badan berlebih pada anak-anak usia 5-19 tahun dari 8,6% pada 2006 menjadi 15,4% pada 2016. Sementara prevalensi obesitas pada anak-anak usia 5-19 tahun dari 2,8% pada 2006 menjadi 6,1% pada 2016.

Sejauh ini pemerintah melakukan berbagai upaya dan strategi dalam mengendalikan GGL mencakup aspek regulasi, reformulasi pangan, penetapan pajak/cukai, studi/riset, dan edukasi. Salah satunya adalah permenkes No 30/2013 yang diperbaharui dengan Permenkes No 63/2015 Tentang Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam, dan Lemak serta Pesan Kesehatan untuk Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji. Salah satu aspek pengaturannya dalam hal nilai gizi seperti kandungan lemak hingga gula harus tertera pada iklan dan promosi media lainnya seperti leaflet, brosur, buku menu, dan media lainnya.

Baca juga:  Simak Ini Tanda Burnout yang Tidak Disadari

Demikian juga kebijakan cukai terhadap Minuman Berpemanis dalam Kemasan (MBDK) di Indonesia juga sudah diatur dalam UU No. 39 Tahun 2007 Tentang Cukai dan dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan. Diharapkan dengan pemberlakuan cukai pada produk makanan dan minuman yang tinggi gula, garam dan lemak dapat menginisiasi terciptanya pangan yang lebih sehat dengan reformulasi makanan sehingga menurunkan risiko terjadinya Penyakit Tidak Menular.

Kemenkes mengimbau masyarakat untuk menjaga kesehatan mulai dari sendiri. Lebih bijak dalam memperhatikan asupan makan sesuai dengan isi piringku. Serta menjaga asupan gula garam dan lemak sesuai dengan rekomendasi maksimum, yaitu gula sebanyak 50 gram per hari (4 sdm), garam sebanyak 2 gram (sdt), dan lemak sebanyak 67 gram (5 sdm).

Daya tahan menurun

Sementara itu, Dokter dan ahli gizi masyarakat dr. Tan Shot Yen menjelaskan dampak kelebihan gula pada anak, salah satunya menurunkan daya tahan tubuh dan menghambat penyerapan kalsium dan protein.

“Kelebihan gula bagi anak dapat menurunkan daya tahan tubuh, meningkatkan kasus infeksi akibat bakteri, virus, maupun jamur,” kata dr. Tan Shot Yen.

Kemudian peningkatan adrenalin, hiperaktivitas, kecemasan, kesulitan konsentrasi, dan kapasitas belajar. “Meningkatkan kasus alergi, memperburuk penglihatan, merusak gigi, mempermudah timbulnya sakit kepala dan migren, mempengaruhi gelombang otak delta, alfa, dan beta,” katanya.

Selain itu, kelebihan gula juga dapat menyebabkan depresi dan perilaku antisosial, menyebabkan gangguan hormonal terutama saat akil baligh, memperburuk epilepsi, dan menyebabkan penyakit di usia dewasa.

Tak hanya itu, dia menjelaskan,memang gula tidak secara langsung mengakibatkan potensi kanker. Tapi, gula menyebabkan obesitas dan ketika kondisi itu terjadi anak akan bertambah berat badan dan naiknya berat badan itu jembatan menuju pembentukan kanker.

Baca juga:  Terjadi Pergeseran Paradigma Diabetes

Tan Shot Yen pun meminta masyarakat agar mengonsumsi makanan alami, bukan makanan olahan pabrik untuk mencegah gula berlebih pada tubuh. “Konsumsi dari sumber aslinya, beras, umbi, jagung, sagu, sayur, buah. Sebisa mungkin tidak perlu menambah olahan pabrik seperti gula pasir, pemanis buatan,” katanya.

Masyarakat juga diminta untuk waspada terhadap gula tersembunyi dalam produk-produk kemasan dan membiasakan membaca label pangan.

Pada bagian lain, Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak atas Pendidikan dan Kesehatan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Amurwani Dwi Lestariningsih menekankan pentingnya edukasi kepada masyarakat agar masyarakat memahami bahaya makanan dan minuman dengan gula tinggi bagi kesehatan.

“Bagaimana masyarakat itu bisa memahami kalau makanan dan minuman dengan gula yang sangat tinggi itu akan menjadikan anak tidak sehat dan anak-anak menjadi rentan dan tidak punya harapan hidup yang lebih lama,” katanya.

Menurut American Herat Association (AHA), asupan gula maksimal harian untuk anak-anak adalah sebagai berikut:

  • Anak usia 2-3 tahun : 4 sendok teh (16 gram) gula
  • Anak usia 4-8 tahun : 5 sendok teh (20 gram) gula
  • Anak usia 9-13 tahun : 6 sendok teh (24 gram) gula

Tips cegah anak konsumsi gula berlebih

  • Cek rekomendasi asupan gula harian anak sesuai usia
  • Bijak dalam memberikan anak makanan/minuman kemasan
  • Ajarkan anak tentang makanan dan minuman sehat
  • Simpan stok makanan manis di tempat yang sulit dijangkau anak
  • Tunda mengenalkan permen, cokelat, es krim, soda, jus manis ke anak selama mungkin
  • Selalu sediakan makanan dan minuman sehat di rumah
  • Terapkan aturan ketat yang membolehkan anak mengonsumsi makanan manis dalam periode tertentu. (RN)
× Hubungi kami!