Faktanya, Mental Lansia Lebih Baik Dari Orang Muda

Artikel ini telah direview oleh

Faktanya, Mental Lansia Lebih Baik Dari Orang Muda – Siapa bilang hidup lansia lebih suram karena usianya bertambah dan tubuhnya merapuh? Sebuah riset mengatakan kondisi mental mereka justru lebih baik dari usia berapapun.

Riset dilakukan terhadap 1.500-an orang berusia 21-99 tahun yang tinggal di sebuah kota di San Diego, California. Seluruh partisipan diwawancara lewat telepon sebagai bagian dari tes kognitif, kemudian dikirimi surel berisi kuesioner yang harus diisi untuk mengetahui kondisi kesehatan fisik dan mental mereka.

Untuk mengungkap aspek kesejahteraan mental partisipan, peneliti menanyakan hal-hal seperti tingkat kebahagiaan, depresi, ada tidaknya tendensi kecemasan dan stres serta tingkat kepuasan hidup. Hasilnya, kesehatan mental lansia jauh lebih baik daripada generasi yang lebih muda, termasuk yang paruh baya.

Bahkan mereka yang berumur 20-30-an tahun dilaporkan mempunyai skor ‘kesejahteraan mental’ yang paling rendah di antara semua partisipan. Demikian seperti dilaporkan Livescience.

“Fisik dan kemampuan berpikir mereka memang menurun, tetapi dari studi kami terbukti penuaan juga berkaitan dengan kebahagiaan, kepuasan hidup hingga kesehatan mental yang lebih baik,” kata ketua tim peneliti, Dr. Dilip Jeste.

Baca juga:  Sincere Foundation Bentuk Empati dan Kepedulian Terhadap Lansia dan Orang Sakit

Di samping itu, direktur Stein Institute for Research on Aging, University of California San Diego itu menambahkan, mereka yang berusia lanjut juga identik dengan tidak stres, tidak begitu mudah cemas dan rendahnya risiko depresi. “Ini berbeda sekali dengan pemahaman banyak orang bahwa orang tua itu cenderung penggerutu,” imbuhnya.

Menurut Jeste, studinya berbeda dengan kebanyakan studi tentang kesehatan mental seseorang dari waktu ke waktu. Rata-rata memperlihatkan kurva berbentuk U dengan tingginya kesehatan mental di usia 20an kemudian semakin menurun seiring dengan pertambahan usia, sedangkan studi Jeste berkata sebaliknya.

Justru yang ditemukan Jeste adalah tingginya tingkat stres pada generasi berusia 20-30an. “Sebab ada tekanan unik dalam fase usia ini, mulai dari meniti karir, mencari pendamping, bertahan dari tekanan rekan-rekan sebaya hingga masalah finansial,” paparnya.

Meski alasannya tidak diketahui, Jeste berpendapat mungkin ini ada kaitannya dengan kemampuan lansia untuk beradaptasi. Makin bertambah umur seseorang, makin bijak pula dalam menyikapi perubahan.

“Karena emosinya sudah jauh lebih stabil, tak jadi soal bagi mereka meski terjadi penurunan kekuatan fisik maupun fungsi kognitif, apalagi mereka sudah lebih berpengalaman dalam banyak hal,” jelasnya. Kendati demikian, Jeste mengakui jika studinya bersifat terbatas karena hanya mencakup populasi tertentu, sehingga tidak bisa dipukul rata di populasi lain atau masyarakat pada umumnya. (RN)

Baca juga:  Lansia Jangan Abai Konsumsi Protein
× Hubungi kami!