Kenali Gejala Demensia Sedini Mungkin

Artikel ini telah direview oleh

Kenali Gejala Demensia Sedini Mungkin

Kenali Gejala Demensia Sedini Mungkin
Foto: beritasatu.com

Banyak orang belum benar-benar memahami apa itu demensia. Demensia adalah kondisi terjadinya penurunan fungsi otak yang dapat menyebabkan hilangnya ingatan dan fungsi mental, yang juga memengaruhi beberapa hal lainnya seperti memori, cara berpikir, berbahasa, cara mempertimbangkan sesuatu, serta tingkah laku. Dilansir Healthline, demensia sering kali dikategorikan sebagai penyakit progresif, yang artinya penyakit ini akan semakin parah dari waktu ke waktu.

Perkembangan demensia setiap orang berbeda-beda dan bergantung pada penyebabnya. Namun, kebanyakan penderita memiliki beberapa gejala dan perkembangan yang hampir sama.

Berikut jenis-jenis demensia.

  1. Penyakit Alzheimer
    Penyakit Alzheimer merupakan perubahan fisik pada otak yang terjadi akibat penumpukan protein tertentu dan kerusakan saraf. Penyakit ini adalah bentuk paling umum dari demensia, yang mana menurut data dari Alzheimer’s Association angkanya adalah 60-80 persen dan kebanyakan usia rata-rata 65 tahun. Meski begitu, Alzheimer terjadi pada usia yang lebih muda. Ini biasanya disebut dengan Alzheimer early onset, yaitu terjadi pada usia 40-50 tahun. Sampai saat ini belum ditemukan obat untuk Alzheimer. Namun, pengobatan tetap bisa dilakukan untuk memperlambat perkembangan penyakit.
  2. Demensia vaskular
    Demensia vaskular, atau sering disebut gangguan kognitif vaskular, adalah penyebab demensia paling umum kedua setelah Alzheimer, yakni sekitar 10 persen. Penyebab utama demensia vaskular adalah karena terjadinya penyumbatan atau kurangnya aliran darah ke otak, yang membuat otak kehilangan oksigen dan darah. Dilansir Healthline, kondisi ini menyebabkan penurunan keterampilan kognitif seperti kebingungan, kesulitan fokus, mudah gelisah dan kesal, memiliki masalah dengan memori, dan sulit mengontrol buang air kecil. Perubahan ini bisa terjadi secara tiba-tiba.
  3. Lewy body dementia (LBD)
    Lewy body dementia (LBD) merupakan demensia akibat endapan abnormal protein alpha-synuclein, yang tumbuh di sel-sel saraf pada otak dan memengaruhi kontrol motorik penderita. Kondisi ini membuat penderitanya mengalami gangguan tidur, halusinasi, masalah keseimbangan, serta gerakan yang tidak terkoordinasi dengan baik. Berbeda dengan Alzheimer yang memiliki masalah memori yang parah, LBD memengaruhi penderita dari cara mereka memproses informasi dan menimbulkan gejala fisik seperti tremor dan otot kaku.Menurut data dari Lewy Body Dementia Association, diperkirakan sekitar 1,4 juta orang di Amerika Serikat (AS) terdiagnosis LBD. Akan tetapi, kemungkinan besar tidak terdiagnosis karena gejala awalnya sangat mirip dengan penyakit Parkinson dan Alzheimer.
  4. Parkinson
    Penyakit Parkinson tergolong penyakit saraf yang progresif. Awalnya kondisi ini ditandai dengan masalah gerakan otot tubuh. Zat yang mampu mengoordinasi gerakan tubuh adalah dopamin, yang mana dopamin diproduksi di bagian otak yang disebut sebaga substantia nigra. Pada kasus parkinson, sel-sel substansia nigra mulai mati sehingga kadar dopamin berkurang. Menurut data dari National Institutes of Health, lebih dari 50.000 kasus baru penyakit Parkinson tercatat di AS setiap tahunnya.
  5. Demensia frontotemporal
    Menurut keterangan dari laman organisasi Alzheimer Indonesia, demensia frontotemporal merupakan kerusakan yang berangsur-angsur pada bagian depan (frontal) dan/atau temporal dari lobus (cuping) otak. Gejalanya sering muncul ketika orang berusia 50-an, 60-an, dan kadang lebih awal dari itu. Ada dua penampakan utama dari demensia frontotemporal, yaitu frontal (menyangkut gejala-gejala dalam kelakuan dan perubahan kepribadian) dan temporal (menyangkut gangguan pada kemampuan berbahasa). Akan tetapi, dua hal itu sering tumpang-tindih. Ini karena bagian lobus frontal otak menguasai kemampuan menilai dan tingkah laku. Pasien demensia jenis ini sering sukar berperilaku secara yang dapat diterima masyarakat. Mereka bisa kurang sopan, mengabaikan pekerjaan sehari-hari, tidak dapat mengendalikan keinginan atau mengulang-ulang, agresif, tidak dapat mengendalikan diri, atau bertindak ceroboh.
  6. Demensia campuran
    Demensia campuran berarti pasien mengalami lebih dari satu demensia. Misalnya pada demensia akibat penyakit Alzheimer dan demensia vaskular. Gejalanya yang timbul akan sangat bervariasi, bergantung pada jenis demensia yang dialami. Selain jenis-jenis yang disebutkan di atas tadi, sebetulnya masih ada jenis lainnya tetapi kasusnya sangat jarang terjadi. Untuk memastikan jenis demensia yang dialami, pemeriksaan oleh dokter harus dilakukan. Hingga saat ini belum ada cara pasti untuk mencegah demensia, karena sebagian besar kasusnya adalah karena faktor penuaan dan genetik. Meski begitu, dengan menjaga berat badan tetap ideal, olahraga rutin, menjaga kadar kolesterol, dan tidak merokok bisa mengurangi risiko terjadinya demensia. (RN)
Baca juga:  Penting Disimak, 8 Gejala Demensia yang Kerap Tak Disadari
× Hubungi kami!