Mengenal Seluk Beluk Alzheimer (bagian 2) – Penyakit Alzheimer pertama kali ditemukan oleh Alois Alzheimer pada tahun 1906, seorang neurolog dan psikiater dari Jerman. Ia menemukan seorang penderita umum 51 tahun yang meninggal empat tahun setelah menderita Demensia. Gejala yang ditemukan pada pasien tersebut adalah Demensia dan gangguan perilaku termasuk stres dan depresi. Pada autopsi ditemukan otaknya tampak mengerut dan mengecil, bahkan dipenuhi dengan sedimen protein yang disebut plak amiloid dan serabut saraf yang tidak normal.
Demensia adalah kumpulan gejala klinik yang disebabkan oleh berbagai latar belakang penyakit dan ditandai oleh hilangnya memori jangka pendek, gangguan global fungsi mental, termasuk fungsi bahasa,mundurnya kemampuan berpikir abstrak, kesulitan merawat diri sendiri, perubahan perilaku, emosi labil, dan hilangnya pengenalan waktu dan tempat, tanpa adanya gangguan tingkat kesadaran atau situasi stres, sehingga menimbulkan gangguan dalam pekerjaan, aktifitas harian dan sosial. Demensia dapat disebabkan oleh berbagai keadaan dan sebagian diantaranya bersifat reversible.
Demensia dapat terjadi karena berbagai proses di otak, di antaranya: gangguan serebrovaskuler, infeksi susunan saraf pusat (SPP), defisiensi vitamin, gangguan metabolik, maupun proses penuaan yang abnormal. Sebagian besar penyebab ini ditemukan pada usia lanjut.
Proses penuaan otak abnormal merupakan bagian dari proses degenerasi pada seluruh organ tubuh. Hal ini akan menimbulkan berbagai gangguan neuropsikologis dan masalah yag terbesar adalah demensia. Prevalensi demensia diperkirakan sekitar 15% pada penduduk berusia lebih dari 65 tahun.
Pada saat ini perhatian dan pengetahuan masyarakat akan demensia masih sangat kurang. Demensia dianggap sebagai bagian dari proses menua yang wajar. Penderita baru dibawa berobat pada stadium lanjut dimana sudah terjadi gangguan kognisi yang berat dan ganggun perilaku sehingga penatalaksanaannya tidak memberikan hasil memuaskan.
Diagnosis demensia perlu ditegakkan secara dini dan dibedakan berdasarkan etilogi, usia awitan, dan gambaran klinisnya. Penatalaksanaan pada stadium dini, baik secara farmakologis maupun nonfarmakologis, dapat menyembuhkan atau memperlambat progesivitas penyakit, sehingga penderita tetap mempunyai kualitas hidup yang baik.
Gejala-gejala Demensia Alzheimer sendiri meliputi gejala ringan sampai berat, tanda-tanda adanya Demensia Alzheimer adalah :
- Gangguan memori yang memengaruhi keterampilan pekerjaan, seperti; lupa meletakkan kunci mobil, mengambil baki uang, lupa nomor telepon atau kardus obat yang biasa dimakan, lupa mencampurkan gula dalam minuman, garam dalam masakan atau cara-cara mengaduk air.
- Kesulitan melakukan tugas yang biasa dilakukan seperti; tidak mampu melakukan perra asas seperti menguruskan diri sendiri.
- Kesulitan bicara dan berbahasa.
- Disorientasi waktu, tempat dan orang seperi; keliru dengan keadaan sekitar rumah, tidak tahu membeli barang di warung, tidak mengenali rekan-rekan atau anggota keluarga terdekat.
- Kesulitan mengambil keputusan yang tepat.
- Kesulitan berpikir abstrak, seperti; orang yang sakit juga mendengar suara atau bisikan halus dan melihat bayangan menakutkan.
- Salah meletakkan barang.
- Perubahan mood dan perilaku, seperti; menjadi agresif, cepat marah, dan kehilangan minat untuk berinteraksi atau hobi yang pernah diminatinya
- Perubahan kepribadian, seperti; menjerit, terpekik dan mengikut perawat ke mana saja walaupun ke WC.
Hilangnya minat dan inisiatif. (RN)
[divider]