Penting Jaga Kualitas Hidup Saat Menopause

Seorang wanita yang mengalami menopause tetap harus menjaga kualitas hidupnya. Tidak juga lantas bisa sembarangan, baik mengonsumsi makanan maupun pola hidupnya. Meski tak ada pantangan khusus, namun disarankan melakukan pembatasan dalam mengonsumsi makanan dan minuman berkafein.
“Banyak dari mereka yang masuk menopause mengeluhkan sulit tidur. Karena itu, konsumsi kafeinnya harus dikurangi, serta tidak lagi menimumnya di atas pukul 18.00,” kata Ketua Persatuan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) wilayah Jakarta Barat dr Ni Komang Yeni Dhana Sari, Sp.O.G.
Dikatakannya, minuman mengandung kafein seperti kopi dan teh bisa menyulitkan tidur, membuat jantung berdebar-debar, dan meningkatkan kecemasan sehingga memunculkan rasa tidak nyaman khususnya bagi para wanita di masa menopause. Selain kafein, konsumsi jahe merah dan bawang juga sebaiknya secukupnya karena bila berlebihan menyebabkan tubuh lebih terasa panas. Mereka yang menopause sebenarnya sudah mengalami hot flashes atau wajah, leher dan dada terasa hangat serta mengeluarkan banyak keringat.
Selanjutnya, memenuhi asupan makro dan mikronutrien sesuai kebutuhan tubuh. Kuncinya makan hidangan beragam terutama bila tidak memiliki alergi atau penyakit-penyakit tertentu yang melarang untuk makan sesuatu. Usahakan pada setiap kali makan, ada banyak warna di piring, semisal sayuran dengan berbagai warna, kemudian lauk pauk. Khusus karbohidrat, Yeni yang menjabat sebagai Wakil Ketua Perkumpulan Menopause Indonesia Cabang Jakarta Raya (PERMI Jaya) itu menyarankan untuk menguranginya, karena pada usia menopause metabolisme melambat dan terjadi peningkatan berat badan berlebihan. Sebaliknya, asupan serat harus tinggi karena tubuh sudah mengalami susah buang air besar akibat metabolisme usus melambat.
Selain pola makan, olahraga juga perlu dilakukan rutin pada masa menopause sama halnya sebelum masa menopause. Kegiatan ini merupakan satu upaya yang penting dari semua pencegahan dasar penyakit degeneratif. Dengan kata lain, olahraga sangat penting di usia berapapun termasuk saat menopause. Khusus mereka yang sudah mengalami menopause sebaiknya memilih yang low impact atau tidak menekankan beban pada persendian seperti pilates, yoga, dan jalan kaki.
Selain itu, jangan lupa memasukkan latihan angkat beban untuk mempertahankan otot-otot dan kekompakan tulang. Yeni mengingatkan, beban yang diangkat disesuaikan dengan kemampuan masing-masing orang. Bagi mereka yang baru mulai berolahraga di masa menopause, disarankan memilih beban yang rendah terlebih dulu.
Menopause merupakan fase berakhirnya siklus menstruasi seorang wanita yang biasanya ditandai dengan tidak terjadinya menstruasi selama 12 bulan berturut-turut. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kondisi ini disebabkan oleh hilangnya fungsi folikel ovarium dan penurunan kadar estrogen dalam darah yang bersirkulasi. Rata-rata wanita mengalami menopause pada usia 48 tahun hingga 52 tahun. Sejumlah gejala yang bisa dialami wanita saat memasuki masa menopause antara lain brain fog atau kabut otak, sulit konsentrasi yang juga akibat penuaan, mulai sering pusing dan migrain tanpa penyebab jelas, mengalami masalah di gusi, mulut, sensasi rasa berkurang, lelah tidak jelas alasannya padahal hasil laboratorium normal.
Lalu, adanya peningkatan berat badan, adanya gejala pencernaan seperti susah buang air besar sering terjadi, kesemutan di jari-jari tangan, sering ingin berkemih, sulit menahan keinginan berkemih, kekeringan pada daerah vagina dan nyeri saat berhubungan intim. Gejala lainnya kulit gatal, kulit terasa sangat kering, osteoporosis, nyeri-nyeri sendi terutama lutut, kuku-kuku tidak sehat dan berkilau lagi, kadang muncul alergi yang dulu tak dialami, mudah tersinggung, moody atau mood swing dan rambut rontok. Gejala menopause juga termasuk kecemasan berlebihan, bahkan hingga depresi yang tidak disadari penderitanya.
Gejala-gejala ini bisa memberat bila para wanita tak menerapkan gaya hidup sehat sejak dini. Setidaknya sejak usia 35 tahun, kaum hawa sudah harus ekstra hati-hati dengan gaya hidupnya. Konsumsi hidangan cepat saji, makanan rendah nutrisi, lebih banyak konsumsi minuman dengan gula ketimbang air putih sebaiknya dihindari.
Gula sendiri bersifat pro-inflamasi yang memicu suatu peradangan di dalam tubuh sehingga menimbulkan berbagai penyakit terutama saat seseorang mengalami penuaan. Minuman beralkohol, begadang, merokok, juga sangat berpengaruh menyebabkan gejala menopause lebih berat dibandingkan orang-orang yang menerapkan gaya hidup sehat.
Menopause pasti akan dialami wanita, sekalipun dia tidak menikah atau tak memiliki anak. Para wanita perlu menerima kondisi ini dan saat mengalami gejala perlu segera berkonsultasi ke dokter untuk mencari pertolongan sehingga gejala tak semakin memberat.
Dia mengingatkan, para wanita agar tidak menganggap remeh keluhan. Terutama yang mengalami gejala kecemasan berlebihan, itu bisa jatuh pada keadaan depresi bila tidak diobati segera. Pada tahap depresi, pengobatan akan lebih lama dan lebih banyak lagi yang perlu dilakukan. Di sisi lain, wanita di masa menopause juga membutuhkan dukungan dari keluarga, seperti suami dan anak-anaknya. Suami dan anak-anak harus memahami dan memaklumi saat istri atau ibu sudah mulai cerewet, banyak komplain, bila sudah memasuki usia menjelang menopause.
Penulis buku ‘The Ripple Efffect: How Better Sex Can Lead to a Better Life’ Gail Saltz, MD, mengakui banyak pria merasa tidak nyaman membicarakan menopause. Tetapi, kata dia, cobalah membicarakan cara-cara yang dapat dilakukan untuk membantu meringankan gejalanya sebagai sebuah tim.
Tanyakan bagaimana individu dapat meredakan stres masing-masing dan pertahankan romansa. Seorang wanita masih ingin merasa diinginkan dan dihargai selama ini. Oleh karena itu, jangan menghindari keintiman dan terimalah selama pasangan merasa nyaman. “Makan malam romantis atau berpegangan tangan saat berjalan-jalan bisa membuat perbedaan besar dalam pandangannya terhadap dirinya dan Anda berdua sebagai pasangan,” pesan Saltz. (RN)