Hidup sendiri di hari tua, jauh dari sanak keluarga atau bahkan sebatang kara, memang bukan hal yang diharapkan banyak orang, meski juga tak bisa dihindari oleh sebagian lainnya. Tantangan berjuang sendiri di masa lansia bisa berdampak signifikan pada hidup dan juga kesehatan.
“Lansia yang hidup sendiri juga bisa hidup sehat dan bahagia seperti orang berumur lainnya serta panjang umur,” kata Sara Zeff Geber, pakar menuaan dan penulis Essential Retirement Planning for Solo Agers.
Apa itu solo agers?
“Definisi saya adalah orang yang tidak punya keluarga yang tinggal dekat yang dapat membantu saat dibutuhkan dan di masa-masa sulit,” ujar Geber.
Sebagian lansia hidup sendiri karena pilihan, misalnya karena tak pernah mau punya anak, atau karena keadaan, misalnya pasangan sudah wafat, berpisah, dan anak-anak tinggal jauh. Menurut data Biro Sensus Amerika Serikat, 28 persen orang berusia 65 tahun ke atas atau sekitar 22 juta lansia hidup sendiri.
Solo agers biasanya juga kurang dukungan dari teman-teman dan keluarga, yang membuat situasi sulit untuk mendapat dukungan sosial, emosional, dan praktis. Apalagi jika tak punya perawat atau asisten di rumah sehingga hidup akan semakin rumit bila sakit dan berujung terlambat mendapat pertolongan medis.
“Untuk para lansia yang hidup sendiri saya menekankan tiga hal ini, keterikatan dengan komunitas, rencana keuangan dan tempat tinggal, serta perawatan kesehatan,” saran Ailene Gerhardt, penasihat dan edukator solo agers.
Bangun hubungan sosial
Riset mengungkapkan mereka yang punya banyak teman biasanya lebih sehat dan bahagia. Lansia yang tak punya banyak teman bias sulit mendapat bantuan saat membutuhkan, yang membuat emosi mereka semakin negatif. Salah satu cara membangun hubungan ini di masa tua tentu saja dengan bergaul dengan tetangga.
Dan di era teknologi digital seperti sekarang, koneksi sosial seharusnya lebih mudah lewat panggilan telepon atau video dengan keluarga dan teman yang tinggal jauh. Mereka juga bisa bergabung dengan komunitas hobi, sosial, atau keagamaan agar tetap aktif dan terhubung dengan banyak orang.
Penting bagi lansia untuk tetap terhubung dengan keluarga, teman, dan komunitas. Dukungan sosial dapat membantu mengatasi perasaan kesepian dan memberikan dukungan emosional yang diperlukan. Namun realitas yang banyak dijumpai, lansia hidup sebatang kara dan berjuang untuk hidupnya.
Lansia yang menjalani hidup sendiri, atau sering disebut sebagai “lansia tunggal” atau “lansia mandiri,” dapat menghadapi tantangan tertentu. Bagaimana seorang lansia menjalani hidup sendiri sangat tergantung pada faktor-faktor seperti kesehatan fisik dan mental, dukungan sosial, dan kemandirian finansial.
Menghadapi perubahan fisik dan mental yang terjadi dengan penerimaan dapat membantu lansia untuk menjalani hidup dengan damai. Ini bisa mencakup mengadaptasi gaya hidup atau mencari bantuan profesional jika diperlukan.
Lansia yang hidup sebatang kara, atau tanpa keluarga dan dukungan keluarga yang signifikan, seringkali menghadapi tantangan yang lebih besar dibandingkan dengan mereka yang memiliki jaringan sosial yang kuat. Namun, banyak lansia sebatang kara yang menemukan cara untuk menghadapi hidup dengan keberanian dan ketangguhan. Banyak hal yang harus kita perhatikan untuk membantu lansia yang harus hidup sendiri.
Kesepian
Secara biologis, lansia mengalami penurunan, seperti penurunan sensorik dan motoriknya yang mengganggu aktivitas sehari-harinya. Penurunan fungsi fisik lansia menyebabkan masalah yang erat hubungannya dengan masalah psikologis, meliputi perasaan cemas, sedih, kesepian, mudah tersinggung, perasaan kehilangan, tidak adanya dukungan sosial dan hilangnya kesempatan dalam bekerja sehingga mengalami penurunan secara finansial (Suprapto, 2013).
Bersamaan dengan itu kehilangan pasangan dan di beberapa kasus, mereka jauh dari anak atau keluarga mereka membuat lansia rawan mengalami kesepian, dan gangguan kesehatan mental yang lain. Oleh karena itu, lansia sangat membutuhkan dukungan, baik dari keluarga, pemerintah, maupun instansi swasta.
Salah satu permasalahan psikologis yang rentan dialami oleh lansia adalah kesepian. Kesepian merupakan kondisi emosional ketika seseorang merasa terisolasi dan kekurangan koneksi sosial yang bermakna. Pada lansia, kesepian sering kali terjadi akibat perubahan dalam kehidupan sosial dan kondisi fisik yang membatasi interaksi mereka dengan orang lain.
Penyebab utama kesepian pada lansia antara lain adalah kehilangan pasangan hidup, penurunan mobilitas, pensiun, serta adanya penyakit dan disabilitas. Banyak lansia yang kehilangan pasangan hidupnya, menyebabkan mereka merasa kesepian karena kehilangan dukungan emosional yang signifikan. Selain itu, berhenti bekerja dapat menyebabkan hilangnya jaringan sosial dan aktivitas sehari-hari yang terstruktur. Ditambah lagi, kondisi kesehatan yang memburuk membuat lansia sulit berpartisipasi dalam kegiatan sosial.
Dampak kesepian pada lansia sangat serius, baik untuk kesehatan fisik maupun mental. Kesepian dapat memperburuk kondisi mental, menyebabkan depresi dan kecemasan yang parah. Lansia yang merasa kesepian cenderung mengalami penurunan kesehatan fisik lebih cepat, termasuk risiko penyakit jantung dan tekanan darah tinggi. Kesepian juga mengurangi kualitas hidup secara keseluruhan, membuat lansia merasa kurang berharga dan terisolasi.
Masalah kesepian pada lansia perlu mendapatkan perhatian yang serius, mengingat tingkat bunuh diri di kalangan lansia di Indonesia menunjukkan angka yang mengkhawatirkan. Menurut data dari World Health Organization, tingkat bunuh diri di kalangan lansia di Indonesia adalah yang tertinggi jika dibandingkan dengan kelompok usia lain. Pada tahun 2019, terdapat 5,36% kasus bunuh diri per 100.000 penduduk di usia 65-74 tahun, 9,03% di usia 75-84 tahun, dan mencapai 23,17% di atas usia 85 tahun (World Health Organization, 2024).
Berikut beberapa tips untuk lansia sebatang kara:
Jaga kesehatan
- Lansia dapat menjaga kesehatan fisik dan mentalnya dengan:
- Berolahraga atau melakukan aktivitas fisik yang sesuai kemampuannya
- Menjaga berat badan ideal
- Mengonsumsi makanan sehat dan seimbang
- Cukup istirahat
- Menghindari alkohol dan rokok
- Melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin
Jaga hubungan baik
Lansia dapat menjaga hubungan baik dengan orang lain dengan:
- Mendengarkan dan berbicara dengan lansia secara rutin
- Mengekspresikan rasa sayang kepada lansia
- Luangkan waktu bersama lansia dan lakukan kegiatan favoritnya
- Temani lansia mendengarkan musik yang disukainya
Tetap aktif
Lansia dapat tetap aktif dengan:
- Berkebun
- Bermain bersama cucu
- Membuat kerajinan tangan
Bersyukur
Lansia dapat bersyukur dengan:
- Menemukan kebahagiaan dari hal-hal kecil yang ada di sekelilingnya
- Mensyukuri keberadaan orang-orang yang peduli pada dirinya
(RN)