Waspadai, Lupa Teman Dekat Ternyata Gejala Demensia

Artikel ini telah direview oleh
Lupa Teman Dekat Ternyata Gejala Demensia
Foto: antaranews.com

Demensia adalah istilah umum untuk gangguan kemampuan mengingat, berpikir, atau mengambil keputusan yang mengganggu aktivitas sehari-hari. Dilansir dari laman Alzheimer’s Association, demensia bukanlah suatu penyakit tunggal atau spesifik tetapi adalah istilah umum untuk hilangnya ingatan, bahasa, pemecahan masalah, dan kemampuan berpikir lainnya.

Dan kondisi-kondisi tersebut cukup parah sehingga mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari penderitanya. Penyakit yang dikelompokkan dalam istilah umum “demensia” disebabkan oleh perubahan otak yang tidak normal. Alzheimer adalah penyebab paling umum dari demensia. Gejala demensia memicu penurunan keterampilan berpikir, yang juga dikenal sebagai kemampuan kognitif, bahkan juga memengaruhi perilaku, perasaan, dan hubungan.

Faktor-faktor pemicu 

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), berikut adalah beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko demensia:

  • Usia, merupakan faktor paling kuat penyebab demensia, di mana sebagian besar kasus menyerang mereka yang berusia 65 tahun ke atas. Mereka yang memiliki orang tua atau saudara kandung yang menderita demensia lebih mungkin terkena demensia.
  • Kesehatan jantung yang buruk.
  • Tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan merokok meningkatkan risiko demensia jika tidak ditangani dengan baik.
  • Cedera otak traumatis. Cedera kepala dapat meningkatkan risiko demensia, terutama jika cedera tersebut parah atau terjadi berulang kali. Dari mereka yang berusia minimal 65 tahun, diperkirakan terdapat 5,0 juta orang dewasa yang menderita demensia pada tahun 2014 dan diproyeksikan menjadi hampir 14 juta pada tahun 2060.

Karena demensia adalah istilah umum untuk berbagai kondisi, gejalanya bisa sangat bervariasi untuk masing-masing orang.

Dikutip dari laman Layanan Kesehatan Nasional UK (NHS), gejala demensia mungkin termasuk masalah yang berkaitan dengan:

  • Hilang ingatan
  • Masalah dalam kecepatan berpikir, ketajaman, dan kecepatan mental
  • Bahasa, seperti penggunaan kata yang salah, atau kesulitan berbicara
  • Masalah dalam memahami atau mempertimbangkan
  • Suasana hati
  • Masalah dalam pergerakan atau kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari
  • Tersesat di lingkungan yang familiar
  • Lupa nama anggota keluarga atau teman dekat
  • Melupakan kenangan lama
  • Tidak mampu menyelesaikan tugas secara mandiri
  • Persepsi visual melampaui perubahan penglihatan terkait usia yang khas.
Baca juga:  Punya Asam Lambung Simak Agar Bisa Tidur Nyaman

Penderita demensia dapat kehilangan minat pada aktivitas yang biasa mereka lakukan, dan mungkin mengalami masalah dalam mengelola perilaku atau emosi. Mereka mungkin juga merasa situasi sosial sulit dan kehilangan minat dalam menjalin hubungan dan bersosialisasi. Aspek kepribadian mereka mungkin berubah, dan mereka mungkin kehilangan empati (pengertian dan kasih sayang).

Seseorang dengan demensia mungkin melihat atau mendengar hal-hal yang tidak dapat dilihat oleh orang lain (halusinasi dan mendengar suara-suara). Gejala demensia biasanya memburuk seiring berjalannya waktu. Pada tahap akhir demensia, penderita tidak akan mampu mengurus dirinya sendiri dan mungkin kehilangan kemampuan berkomunikasi.

Jenis-Jenis Demensia

Berdasarkan penyebabnya, demensia terbagi menjadi beberapa jenis, di antaranya sebagai berikut.

  • Alzheimer, yaitu jenis demensia yang paling sering terjadi. Kondisi ini bisa terjadi karena mutasi gen yang diturunkan orang tua atau terbentuknya plak atau gumpalan protein di otak.
  • Demensia vaskular, yaitu gangguan fungsi otak yang terjadi karena kurangnya aliran darah di otak. Kondisi ini dapat dipicu oleh stroke atau gangguan lainnya.
  • Lewy body dementia, yaitu salah satu jenis demensia progresif yang disebabkan oleh adanya endapan protein dalam sel saraf otak, sehingga fungsi otak dalam mengantarkan sinyal menjadi terhambat.
  • Demensia frontotemporal, yaitu sekelompok penyakit yang ditandai dengan kerusakan sel saraf di lobus frontal temporal otak atau bagian depan. Kondisi ini dapat memengaruhi perilaku, kepribadian, dan kemampuan berbahasa penderitanya.
  • Kombinasi demensia, yaitu kondisi ketika seseorang menderita dua atau lebih jenis demensia.
Baca juga:  Penting Disimak, 8 Gejala Demensia yang Kerap Tak Disadari

Diagnosis Demensia

Diagnosis demensia bukanlah hal yang mudah, terutama dalam menentukan jenis demensia yang dialami oleh pasien.  Sebelum menegakkan diagnosis, dokter akan melakukan tanya jawab terkait gejala, perubahan perilaku, dan perubahan kemampuan fisik maupun kognitif yang dialami pasien serta riwayat kesehatannya.

Kemudian, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang, seperti:

  • Pemeriksaan saraf, untuk menilai kekuatan otot dan refleks tubuh.
  • Pemeriksaan mental menggunakan MMSE (mini-mental state examination), untuk mengukur besarnya gangguan kognitif yang dialami pasien.
  • Tes fungsi luhur, untuk mengukur kemampuan pasien dalam berpikir, misalnya dengan berhitung mundur atau menunjukkan waktu tertentu.

Apabila dokter menduga adanya penyakit lain yang menyebabkan munculnya demensia, maka akan dilakukan pemeriksaan penunjang, seperti:

  • Tes pemindaian otak dengan CT Scan, MRI, atau PET Scan.
  • Pemeriksaan darah.
  • Pemeriksaan aktivitas gelombang listrik otak menggunakan EEG.

Pengobatan Demensia

Beberapa pengobatan yang dilakukan untuk mengurangi gejala-gejala demensia adalah sebagai berikut:

  • Inhibitor kolinesterase: Obat untuk meningkatkan zat kimia asetilkolin yang berguna menunda gejala Alzheimer agar tidak semakin memburuk.
  • Memantine: Obat untuk menunda munculnya gejala kognitif dan perilaku pada orang dengan Alzheimer sedang atau berat.
  • Terapi perilaku: Bertujuan menekan perubahan perilaku yang tidak terkendali.
  • Terapi kognitif: Bertujuan menstimulasi daya ingat, serta meningkatkan kemampuan berbahasa dan memecahkan masalah.
  • Terapi okupasi: Bertujuan mengajarkan cara melakukan aktivitas secara aman.

Selain itu, dukungan dari keluarga adalah salah satu hal yang penting untuk membantu menjaga kualitas hidup pasien ke depannya. Jika terdapat kerabat Anda yang mengalami gejala demensia, segera konsultasikan dengan Dokter Spesialis Neurologi untuk mendapatkan perawatan yang tepat. (RN)