(Foto: Mata dan Mulut Terasa Kering Tanda Penyakit Sjogren’s Syndrome)
Dokter IPB University dr Eka Nugraha, mengajak masyarakat lebih waspada terhadap Sjogren’s Syndrome. Penyakit autoimun ini dikatakan dapat menyerang kelenjar penghasil cairan tubuh seperti air mata dan air liur, serta berpotensi merusak organ-organ penting lainnya.
“Sjogren’s Syndrome adalah penyakit autoimun yang menyerang kelenjar eksokrin, terutama kelenjar air mata dan kelenjar air liur,” ungkapnya. Akibatnya, ia melanjutkan, pasien mengalami gangguan produksi air mata dan air liur yang menyebabkan mata dan mulut terasa kering.
Pakar biologi sel dan molekuler ini menjelaskan, keluhan utama penderita umumnya berupa mata dan mulut kering. Bisa juga disertai gejala lain seperti mata gatal, infeksi mulut, bau mulut, hingga sariawan.
“Penyakit ini lebih banyak menyerang perempuan, dengan perbandingan 9:1 dibanding laki-laki, khususnya pada rentang usia 44–55 tahun. Kondisi ini sangat memengaruhi kualitas hidup pasien,” paparnya.
dr Eka menegaskan bahwa Sjogren’s Syndrome tidak hanya berdampak pada kelenjar air mata dan liur. “Penyakit ini juga dapat menyerang organ lain, seperti kulit, sendi, otot, saluran cerna, saluran napas, paru-paru, dan organ reproduksi wanita, sehingga bisa menyebabkan kekeringan pada vagina,” tuturnya.
“Yang paling berbahaya adalah ketika penyakit ini mulai menyerang sistem darah atau hematologi. Risiko untuk berkembang menjadi limfoma atau kanker kelenjar getah bening juga meningkat, terutama pada pasien laki-laki,” sambung dr Eka.
Ia menjelaskan bahwa Sjogren’s Syndrome disebabkan oleh kombinasi faktor genetik, seperti riwayat autoimun dalam keluarga dan faktor Human Leukocyte Antigen (HLA), serta faktor lingkungan seperti infeksi berulang dan kebiasaan merokok. “Penanganan penyakit ini harus melibatkan pendekatan multidisiplin. Dokter umum, dokter penyakit dalam, atau konsultan alergi imunologi dan rematologi biasanya menjadi koordinator utama penanganannya,” terangnya.
Selain itu, dokter mata dibutuhkan untuk memberikan air mata buatan, dan dokter spesialis lain akan menangani sesuai organ yang terdampak. Untuk kondisi akut, digunakan obat antiradang seperti steroid atau non-steroid. Terapi jangka panjang biasanya menggunakan obat Hydroxychloroquine dan sparing agent, sesuai dengan gejala yang dialami pasien.
Pada kasus berat, dapat digunakan terapi antibodi monoklonal, meski biayanya tergolong tinggi. Oleh karena itu, kepatuhan pasien terhadap pengobatan dan komunikasi yang baik dengan tenaga medis menjadi sangat penting. Selain pengobatan, dr Eka juga menyarankan pasien untuk menjaga pola hidup sehat. “Hindari merokok, konsumsi makanan tinggi omega 3 seperti telur, daging, dan kacang-kacangan, jaga kebersihan gigi dan mulut, serta istirahatkan mata jika sering menggunakan gawai atau komputer,” ujarnya.
“Tuhan pasti punya alasan mengapa seseorang mengalami Sjogren’s Syndrome. Pengobatan memang bersifat jangka panjang, sehingga perjuangan ini membutuhkan kesabaran,” tandas dr Eka. Dengan pengobatan yang tepat dan penerimaan yang baik, ujar dia, diharapkan para pasien dapat mencapai remisi atau terbebas dari gejala dalam jangka panjang.
Mata kering
Mata kering yang disebabkan gangguan autoimun dapat dialami oleh individu yang lebih muda dan sering kali tidak diperhatikan. Masalah ini berkaitan dengan penyakit kronis yang disebut sindrom Sjögren, yang merupakan gangguan pada sistem kekebalan tubuh yang menyerang kelenjar yang memproduksi kelembapan.
American Academy of Ophthalmology menyebut 10% pasien dengan penyakit mata kering mengalami Sindrom Sjögren (SS), jenis autoimun kronis yang menyerang kelenjar air mata dan menyebabkan peradangan pada permukaan mata. Beli vitamin dan suplemen
Namun, dua pertiga dari kasus tersebut tidak terdiagnosis. Tanpa penanganan dini dan tepat, kondisi ini dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti luka pada kornea, infeksi, bahkan gangguan penglihatan permanen.
Banyak pasien mengalami penurunan signifikan dalam produksi air mata. mereka merasakan sakit, sensasi terbakar, dan sering kali disertai masalah lain pada mulut serta bagian tubuh lainnya.
Gangguan autoimun ini dimulai dengan kerusakan pada kelenjar air mata dan air liur akibat reaksi imun yang tidak tepat. Kelenjar yang semestinya menjaga kelembapan justru menjadi target serangan dari sistem imun tubuh sendiri.
Hal ini berakibat pada berkurangnya pelumas alami di mata dan menyebabkan iritasi yang berkepanjangan. Beberapa pasien bahkan mengalami gejala lebih lanjut seperti mata merah, penglihatan buram, serta peningkatan risiko infeksi di area permukaan mata.
Kondisi ini tidak hanya terjadi pada orang lanjut usia. Berbagai sumber medis terpercaya mengungkapkan sindrom Sjögren dapat muncul pada usia yang lebih muda, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat keluarga atau faktor genetik tertentu. Masalah pada sistem imun ini dapat berkembang di usia produktif dan menimbulkan gejala secara bertahap. Banyak penderita tidak menyadari bahwa mata kering yang mereka alami adalah indikasi awal dari masalah yang lebih serius.
Dalam konteks medis, sindrom Sjögren tergolong sebagai penyakit autoimun sistemik yang dapat mempengaruhi organ lain. Selain menyebabkan mata kering, kondisi ini juga menurunkan produksi air liur, menyebabkan mulut kering, kesulitan saat menelan, serta meningkatkan risiko gigi berlubang.
Beberapa orang yang mengalami sindrom ini juga melaporkan keluhan seperti nyeri sendi, kelelahan ekstrim, dan pembengkakan kelenjar.
Gejala Umum
Mata Kering dan Terasa Perih
Penurunan produksi air mata membuat mata terasa perih, terbakar, atau seperti berpasir. Kondisi ini bisa berlangsung terus menerus dan merusak kualitas penglihatan.
Mulut Kering
Kekurangan air liur menyebabkan rasa kering di mulut, sehingga penderita kesulitan untuk menelan atau berbicara dalam waktu lama.
Pembengkakan Kelenjar di Wajah dan Leher
Peradangan pada kelenjar air liur dapat menyebabkan pembengkakan, rasa sakit, atau ketidaknyamanan di area wajah dan leher.
Kelelahan yang Berlebihan dan Nyeri pada Sendi
Sindrom Sjögren juga sering disertai dengan kelelahan yang tidak biasa serta nyeri sendi yang mengganggu aktivitas sehari-hari.
Masalah pada Gigi dan Rongga Mulut
Kekeringan mulut meningkatkan risiko gigi berlubang, infeksi gusi, serta bau mulut tak sedap.
Adapun penyebab yang mendasari antara lain:
Gangguan pada Sistem Kekebalan Tubuh
Penyakit ini timbul ketika sistem imun salah menyerang kelenjar eksokrin, seperti kelenjar air mata dan air liur, yang membuat fungsi alaminya terganggu.
Faktor Genetik
Riwayat penyakit autoimun dalam keluarga dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami sindrom Sjögren di usia yang lebih muda.
Pengaruh Hormon dan Lingkungan
Perubahan hormonal tertentu dan paparan lingkungan yang dapat memicu respons imun yang abnormal berpotensi menyebabkan penyakit ini berkembang.
Keterkaitan dengan Penyakit Autoimun Lain
Sering kali, sindrom Sjögren berhubungan dengan lupus atau rheumatoid arthritis, yang bisa memperparah gejala pada kelenjar penghasil kelembapan.
Pengobatan yang Umum Diterapkan
Obat Tetes Mata Buatan
Digunakan untuk mempertahankan kelembapan mata, mengurangi iritasi, serta melindungi permukaan mata dari kerusakan.
Obat untuk Meningkatkan Produksi Air Liur
Beberapa jenis obat yang merangsang kelenjar bisa diresepkan untuk mengurangi rasa kering pada mulut serta mencegah terjadinya kerusakan pada gigi.
Obat Penekan Sistem Imun
Dalam situasi yang lebih serius, dokter bisa memberikan obat yang menekan sistem imun untuk mencegah terjadinya kerusakan lebih lanjut di kelenjar.
Perawatan Tambahan untuk Organ Lain
Apabila sindrom Sjögren berdampak pada sendi atau organ lainnya, perawatan khusus seperti pengobatan antiinflamasi atau fisioterapi bisa menjadi bagian dari terapi yang diberikan.
Perubahan dalam Gaya Hidup dan Perawatan Sehari-hari
Menggunakan alat pelembap udara di dalam ruangan, menghindari asap atau angin yang langsung mengenai wajah, serta melakukan pemeriksaan rutin ke dokter dapat membantu meredakan gejala.
Para ahli kesehatan mengingatkan masalah mata kering yang disebabkan sindrom Sjögren tidak boleh dianggap sepele. Ketika gejala dibiarkan tanpa penanganan, ini dapat menyebabkan masalah jangka panjang, termasuk kerusakan pada kornea dan penurunan kualitas penglihatan.
Dengan pemahaman yang baik, deteksi dini, dan pengobatan yang tepat, mereka yang mengalami kondisi ini bisa melanjutkan aktivitas sehari-hari dengan lebih nyaman meskipun memiliki masalah autoimun tersebut. Edukasi kepada masyarakat sangat penting agar lebih banyak individu menyadari gejala awal dan segera meminta bantuan medis. (RN)